Serbuan Ikan Koi dari Jepang Buat Petani Koi di Blitar Menjerit
Blitar sedari dulu sudah dikenal sebagai kotanya ikan koi di Indonesia. Koi-koi asal kota tersebut dianggap punya kualitas yang sebanding dengan ikan koi yang berasal dari Jepang, sehingga banyak penghobi yang menjadikan Blitar sebagai destinasi untuk ‘berbelanja’ ikan koi.
Dengan alamnya yang sangat asri dan cocok dengan kebutuhan ikan koi, Blitar sukses memproduksi ikan dengan kualitas yang jempolan, bahkan beberapa pembudidaya sudah sukses mengimport ikannya sampai ke luar negeri.
Namun, ada ancaman baru yang membuat para pembudidaya di sana sangat khawatir bisnisnya bakal hancur dan sulit bersaing lagi. Baca artikel ini selengkapnya ya!
Para pembudidaya ikan koi di Kabupaten Blitar tengah menghadapi krisis yang cukup mengkhawatirkan. Bisnis dan usaha mereka terancam gulung tikar karena penjualan yang saat ini sedang anjlok. Faktor penyebabnya ada dua: banyaknya pemain baru dan serbuan koi import dari Jepang.
Ada sekitar 3000 peternak yang tersebar di seluruh penjuru Kabupaten Blitar. Saking tokcernya bisnis ikan koi di Blitar, setiap kecamatan bisa mendapat total omset mencapai 25 miliar rupiah per tahun.
Namun, semua kisah indah ini tak lagi sama sejak 6 bulan terakhir. Para pembudidaya mengeluhkan jika omset mereka turun sampai 40%. Efek resesi global tahun ini yang melanda dunia mereka rasa turut andil dalam menurunkan omset bisnis mereka.
Sebagai upaya untuk tetap bertahan, para pembudidaya musti menurunkan harga ikan yang tadinya 5 juta untuk ukuran jumbo, sekarang mereka jual di harga 1-3 jutaan saja. Sedangkan, ikan yang dijual per paket dengan harga 700 ribu sekarang turun ke harga 400-500 ribu.
Seorang pembudidaya mengaku omsetnya yang dulu mencapai 30 juta per bulan, sekarang hanya 15 jutaan saja karena dihantam masa paceklik ini. Pandemi sempat membuat penjualan ikan koi asal Blitar naik tinggi.
Namun pembelinya kebanyakan adalah penjual yang saat ini sedang kebingungan mencari bisnis baru yang melihat koi sebagai ikan yang punya nama dan harga yang stabil.
Selain turun karena resesi, ancaman lain datang dari ikan impor asal Jepang. Dulu, ikan-ikan koi asal Jepang dijaga kualitasnya, sehingga ikan-ikan yang berkualitas rendah tidak sampai masuk kesini. Tapi karena pas pandemi ikan koi juga naik pamornya, importir melihat peluang tersebut dan membanjiri pasar lokal dengan ikan-ikan berkualitas reject.
Ketika stok di pasaran membludak, harga ikan juga pasti secara natural akan turun. Hal ini terus berlanjut dan berdampak kepada ikan-ikan asal Blitar.
Para pembudidaya di Blitar sudah berupaya untuk menyurati beberapa pihak terkait agar tetap menseleksi masuknya ikan-ikan asal luar negeri agar para pembudidaya lokal tetap bisa bersaing baik dari segi kualitas dan juga harga jual ikannya.