Ikan Red Devil Cichlid yang membuat Nelayan Danau Toba Resah
Sekitar 3 minggu yang lalu, Indonesia digegerkan dengan ikan Red Devil yang mendominasi Danau Toba di Indonesia. Dan bahkan kejadian ini membuat nelayan resah.
Apa yang sebenarnya terjadi? Apakah ikan Red Devil ini termasuk ikan invasif atau ikan endemik Indonesia? Lalu siapakah ikan Red Devil sebenarnya?
Kemudian, siapa yang dirugikan dari semua ini? Dan yang paling penting apa yang bisa kita lakukan untuk membantu? Baik itu pemerintah, masyarakat, ataupun Lembaga dan pihak lainnya dalam menangani masalah ini?
Semua akan kita kupas tuntas habis berdasarkan dari sumber, jurnal penelitian, dan referensi yang terpercaya. Jadi simak videonya sampai habis ya!
Red Devil berkembang biak luas
Pada tahun 1990an, ikan Red Devil mulai masuk ke Indonesia yang dibawa dari Malaysia dan Singapura. Mereka awalnya disebar di beberapa waduk buatan di Indonesia. Hal itu diungkap oleh tim peneliti.
Menurut tim penelitian yang dilakukan oleh Chairaulwan Umar, Endi Setiadi Kartamihardja, dan Aisyah yang menungkapkan bagaimana awal mula ikan Red Devil ini bisa berkembang biak dan meluas.
Menurut tim peneliti tersebut, ikan Red Devil masuk ke perairan umum dengan cara tidak disengaja atau lolos dari keramba jaring apung yang terbawa bersamaan dengan benih yang ditebar.
Selain itu mereka juga mendapati bahwa ikan Red Devil sengaja dilepasliarkan ke ekosistem perairan di Indoensia oleh penggemar ikan hias. Pelepasan ikan tersebut dilakukan tanpa pertimbangan dan kajian terlebih dahulu, hingga akhirnya menjalar kemana-mana seperti sekarang, di Danau Toba.
Nelayan berteriak menjerit
Ikan Red Devil yang menjajah dan mendominasi Danau Toba sudah tentu bukan tidak punya dampak. Bahkan dampaknya langsung ke aspek sosial masyarakat. Termasuk juga nelayan yang menjerit karena ikan ini.
Ikan Red Devil begitu meresahkan bagi para nelayan yang ada di Kecamatan Baktiraja, Kabupaten Humbang Hasundutan.
Terkait hal tersebut, Pengelola Perikanan Tangka Muda Dinas Peternakan dan Perikanan Humbahas, Sudarman Pasaribu angkat bicara. Ia mengatakan kalau hal tersebut membuat pendapatan nelayan jadi turun drastis.
Tapi yang jadi dilemma adalah, ikan ini mendominasi dan mengganggu ikan milik nelayan. Tapi saat akan dijual, ikan ini tidak punya nilai ekonomis. Jadi gampangnya, mau dimanfaatkan pun secara materi tidak menguntungkan.
Ikan Red Devil sebagai ikan invasif
Berasal dari Nicaragua dan Costa Rika, ikan Red Devil bukan ikan asli Indonesia. Jarak dari Nikaragua dan Costa Rica dengna Indonesia tentu jauh sekali, berkilo-kilometer jaraknya.
Baca juga : Ekostis Semua!! 9 Ikan yang ada di Sungai Mississippi
Ia biasa hidup di lingkungan tropis dengan temperatur air sekitar 21-26 derajat Celcius, yang mana pH air yang biasa ia tinggali adalah 6-8.
Setiap tahunnya, ikan ini bisa menghasilkan ribuan telur yang dihasilkan oleh si betina. Bayangkan saja apabila ikan ini sudah menetap beberapa tahun, apalagi yang ada disana tidak mungkin hanya 1-2 ikan dong. Pasti ada banyak, bahkan sampai meresahkan seperti itu.
Tentu dampak yang besar tersebut berasal juga dari jumlah ikannya yang sudah membludak. Karena itulah dari segi perkembangbiakkan, ikan ini patut diwaspadai.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Eko Setyobudi dan 2 orang lainnya dalam jurnal berjudul Food Preference of Red Devil in the Sermo Reservoir, Kulon Progo Regency pada Maret 2018, ada makanan tertentu yang dimakan oleh ikan Red Devil. Ia biasa memakan krustasea, fitoplankton, zooplankton, tanaman, serangga, dan larva serangga.
Yang mana makanan tersebut merupakan makanan yang biasa dimakan ikan-ikan lainnya juga. Termasuk ikan yang ada di Danau Toba tersebut, sehingga wajar apabila ikan endemik atau asli Danau Toba merasa tertekan juga.
Karena makanan yang harusnya untuk mereka, malah direbut oleh ikan Red Devil. Mungkin bukan direbut, tapi lebih tepatnya ada saingan untuk mendapatkan makanan tersebut. Contoh, misal biasanya kamu dikasih 3 mi goreng setiap harinya, karena ada orang lain, akhirnya kamu hanya mendapatkan 1 mi goreng saja setiap harinya.
Jadi kamu tetep dapet makanan, tapi dengan porsi yang jadi lebih sedikit. Nah sama dengan nasib ikan-ikan Danau Toba. Mereka jadi mengonsumsi sedikit saja makanan, dan akibatnya mereka lama-lama juga kelaparan.
Ikan asli Danau Toba
Pada tahun 2019, terdapat jurnal penelitian yang memaparkan ikan asli yang ada di Danau Toba. Jurnal tersebut berjudul Pengelolaan Ikan Batak (Neolissochilus Thienemanni) di perairan umum daratan, Danau Toba.
Baca juga : Sering Dipancing!! 9 Ikan yang Ada di Sungai Brantas Indonesia
Ikan Batak merupakan ikan endemik Sumatera Utara khususnya Danau Toba, Hulu Sungai Asahan. Ironisnya ia sudah terperangkap masuk ke dalam kategori terancam punah.
Begitu menyedihkan kisah dari ikan endemik yang satu ini. Seolah ikan ini sudah tak punya rumah di tempat tinggalnya sendiri. Seolah dijajah karena hal lain, dan bahkan mungkin termasuk adanya ikan invasif.
Ikan Batak sudah sangat sulit ditemukan di habitat aslinya, dilansir dari jurnal tersebut. Maka dari itu penelitian ini dilakukan pada 2018, untuk membuktikan hal tersebut.
Hasilnya ditemukan 38 ekor ikan Batak. Yang mana 25 ekor adalah jantan sedangkan 13 ekor lainnya adalah betina. Sex ratio dari ikan Batak menunjukan kalau tidak ada perbedaan nyata antara jantan dan betina.
Lalu penelitian tersebut juga menyatakan bahwa belum ada pengelolaan yang berkelanjutan mengenai ikan Batak baik dari pemerintah ataupun masyarakat lokal.
Jika dalam waktu panjang nantinya, ikan Batak masih seperti ini, apalagi plus ditambah penangkapan ikan endemik secara berlebih, maka bisa saja poulasinya hilang.
Selain ikan Batak, menurut dokumen dari LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia) berjudul Danau Toba, Karakteristik Limnologis dan Mitigasi Ancaman Lingkungan dari Pengembangan Karamba Jaring Apung oleh Lukman, ada beberapa ikan yang ditemukan di Danau Toba.
Ikan tersebut diantaranya ikan Mujair (Orechromis mossambicus), ikan Mas (Cyprinus carpio), ikan Jurung (Labeobarbus soro), ikan Itok (Channa Gachua), Kalui (Osphronemus goramy), Insor, Nemachilus fasciatus), Siburicak (Rasbora jacobsoni), dan beberapa ikan lainnya yang terlalu lama bila disebutkan satu per satu.
Kamu bisa pause bagian daftar ini utnuk melihatnya secara visual ya. Dengan catatan, kamu harus bisa bedakan juga, ikan asli atau endemik Danau Toba dengan ikan yang bisa ditemukan di Danau Toba.
Kalau ikan yang ditemukan di Danau Toba, artinya yang ditemukan tersebut bisa saja asli ataupun invasif.
Pihak yang angkat bicara dan tindakan
Sekitar hari Jum’at lalu, tanggal 22 April, Bupati Toba, Poltak Sitorus, mengikuti rapat penanganan bersama Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sumatera Utara di Medan.
Ini menandakan keresahan tersebut sudah sampai di telinga beliau, dan juga ini menandakan keseriusan beliau juga. Kadis Perikanan dan Kelautan Provinsi Sumut, Muliadi Simatupang menyambut baik dan mengucapkan terima kasih terhadap keseriusan Bupati Toba dalam penanganan masalah ini.
Wakil Ketua Komisi B DPRD Sumut Zeira Salim Ritonga, melalui CNN Indonesia, angkat suara dan mengatakan bahwa ia menduga ada yang sengaja melepasliarkan ikan tersebut ke Danau Toba.
Pemerintah Kabupaten Toba sedang mencari jalan keluar. Salah satu alternatifnya bisa dengan cara ikan Red Devil tersebut diolah dengan cara diasinkan ataupun jadi olahan lain. Sehingga secara tidak langsung, hasil tangkapan nelayan akan punya value atau nilai jual di pasar.
Tetapi sayangnya hal itu masih sulit karena masih tergolong hal yang baru sehingga sulit dipasarkan juga. Nelayan setidaknya butuh minimal Rp 5.000/kilogram untuk dapat mencukupi kebutuhan sehari-harinya.
Selain olahan ikan, mereka juga punya altrnatif lain. Mereka saat itu tercetus sebuah ide kalau ikan Red Devil pun dijadikan pakan ikan ternak. Wah tentu ini ide yang cukup brilian. Kenapa?
Karena di sisi lain, pakan ikan ternak juga sedang tinggi-tingginya. Hal itu langsung dialami oleh masyarakat Sumut. Jadi maslaah yang dihadapi masyarakat justru menjadi keuntungan bagi masyarakat itu sendiri.
Selain itu Bupati Poltak Sitorus juga berharap kalau nantinya jumlah ikan yang direstoking oleh Pemerintah Provinsi Sumut di Danau Toba mencapai 1 juta benih dalam tahun 2022.
Kesimpulan
Ikan Red Devil begitu meresahkan dan punya dampak negatif pada saat awal kemunculan dominasinya. Bahkan secara langsung bisa berdampak bagi sosial dan ekonomi dari nelayan atau masyarakat sekitar.
Ini tentu menjadi PR penting bagi kita semua. Mengamankan ikan yang saat ini menyerang ikan-ikan lokal. Berbagai tindakan dan upaya pun sudah dilakukan mulai dari adanya pihak yang speakup, mengadakan rapat pembahasan solusi penanganan, hingga membuatnya menjadi olahan ataupun pakan ikan ternak.
Bahkan sebenarnya, jika kamu membagikan video ini, kamu sudah melakukan aksi nyata untuk menyebarluaskan awareness atau kesadaran masyarakat akan ikan invasif yang berbahaya bagi perairan Indonesia muali dari sungai, danau, waduk, dan lainnya. Termasuk Danau Toba yang saat ini sedang dilanda masalah. Sekecil apapun dan sesimpel apapun yang kamu lakukan, itu sudah aksi nyata. Yuk bantuk sebarluaskan video ini.
Kalau menurut kamu, apalagi solusi yang bisa dilakukan untuk mengatasi ikan Red Devil di Danau Toba ini? Tulis di kolom komentar ya.